Media Lokal di Ambang Kepunahan: Terjepit Antara Digitalisasi dan Kebijakan Pemerintah, Ini Kata Fitrya Sari
PADANG | Media lokal di Indonesia kini berada di titik nadir. Arus digitalisasi yang terus mengalir deras, ditambah kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak, membuat eksistensi media daerah terancam punah. Dari surat kabar cetak hingga media online skala kecil, satu per satu mulai tumbang karena kehilangan sumber pendanaan dan pembaca.28/09/2025
Di tengah dominasi platform digital seperti Instagram, Facebook, hingga TikTok, masyarakat kini lebih memilih mengakses informasi yang cepat, gratis, dan instan—tanpa harus membuka media berita konvensional yang mengedepankan akurasi dan verifikasi.
Namun, tantangan terbesar bukan hanya dari teknologi. Pemangkasan anggaran publikasi oleh pemerintah juga menambah beban berat bagi media lokal. Banyak lembaga pemerintahan, baik di tingkat daerah maupun pusat, kini lebih memilih mengunggah sendiri kegiatan mereka di media sosial, tanpa melibatkan media massa.
"Dulu kami masih bisa bertahan dari kerja sama publikasi kegiatan pemerintah. Tapi sekarang, semua kegiatan langsung mereka unggah sendiri di Instagram atau Facebook," keluh seorang pimpinan redaksi media lokal di Jawa Tengah yang enggan disebutkan namanya.
Kritik Pedas dari Fitrya Sari
Fitrya Sari, Pimpinan Redaksi Media Kilatpost, mengungkapkan keprihatinan serupa. Menurutnya, situasi ini bukan hanya soal persaingan media, melainkan ketimpangan prioritas kebijakan pemerintah.
"Lebih menyakitkan lagi, di saat media profesional berjuang bertahan hidup, anggaran pemerintah justru masih mengalir deras untuk proyek spanduk dan baliho. Praktik ini rawan disalahgunakan karena memungkinkan terjadinya 'refund' atau komisi tak resmi yang dinikmati oleh oknum ASN dan pejabat," ungkap Fitrya, dalam wawancara khusus.
Ia menambahkan, media yang menolak bermain di wilayah abu-abu akhirnya tersingkir. "Media yang kredibel dan menjaga integritas justru mati pelan-pelan. Yang bertahan biasanya yang sensasional, bermodal besar, atau yang bisa memanfaatkan pendapatan dari iklan digital seperti Google AdSense."
Dampak Sistemik bagi Daerah
Kondisi ini berdampak luas terhadap pembangunan daerah. Akademisi komunikasi dari salah satu universitas negeri menyebut, peran media lokal jauh lebih besar dari sekadar penyampai berita.
"Media lokal adalah penggerak ekonomi daerah, pencipta lapangan kerja, dan penjaga demokrasi informasi. Jika mereka mati, yang rugi bukan hanya wartawan, tapi masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.
Tanpa media lokal yang kuat, ruang informasi publik akan diisi oleh konten-konten tidak terverifikasi, yang rentan disusupi hoaks, propaganda politik, dan kepentingan bisnis. Situasi ini mengancam kualitas demokrasi dan hak publik untuk mendapat informasi yang akurat dan bertanggung jawab.
Seruan untuk Pemerintah: Jangan Abai
Pemerintah dinilai lalai dalam membangun ekosistem media yang sehat dan berkelanjutan. Sektor media lokal seharusnya masuk dalam perhatian khusus sebagai bagian dari ekonomi kreatif daerah. Tanpa dukungan regulasi dan insentif yang adil, maka tak lama lagi media lokal akan tinggal sejarah.
"Sudah saatnya pemerintah melihat media lokal sebagai mitra strategis, bukan sekadar alat publikasi. Kalau tidak, kita akan kehilangan satu pilar penting demokrasi kita," tutup Fitrya Sari.
#SaveMediaLokal#DemokrasiInformasi #MediaDalamBahaya#JurnalismeDaerah